Ketka anda sedang menjalani sebuah bisnis mungkin pernah memiliki pertanyaan dalam hati yang seperti ini..
Sudah berusaha dengan keras tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan
Sudah belajar dan berguru kepada mentor – mentor bisnis handal tapi tetap
saja masih susah tidak seperti yang dibayangkan
Sudah mempraktekkan berbagai tips dan tools yang didapat tapi kok omset
masih segitu – gitu aja
Sudah mendapat hasil yang besar dalam bisnis tapi tetap saja masih ada yang
kurang
Mengapa bisa terjadi seperti itu? Karena dalam bisnis kita hanya menggunakan kepintaran akal dan logika. “Memang salah ya kalo bisnis pake logika?” “Tidak salah hanya saja logika seperti apa yang kita gunakan?”
Contoh – contoh logika yang “terasa” benar adalah misalnya “Kalo mau mendapat hasil lebih ya harus kerja lebih misal dengan bekerja lebih keras atau menambah waktu buka usaha kita” logika seperti itu “terasa” benar dan masuk akal, memang tidak sepenuhnya salah namun apakah yang masuk akal sudah pasti benar dan berhasil? Pernahkah anda lihat di sekeliling kita ada orang yang hidupnya seperti nya santai namun dia berhasil dalam usaha dan bahkan orang tersebut mungkin kepintarannya biasa saja, atau sebuah usaha rumah makan yang tidak ada branding dan tempatnya terkesan asal2an namun tetap saja ramai dikunjungi pelanggan. Muncul pertanyaan “kok bisa ya?”
Ada ungkapan yang menyatakan “Ilmu, cara kerja, kebiasaan itu bisa dipelajari dan ditiru namun yang namanya rejeki tidak bisa ditiru” Ada 2 orang yang menjalankan bisnis ataupun pekerjaan apapun dengan cara yang sama, atau mungkin saja ada yang meniru pola hidup dan cara kerja orang sukses 90 persen namun hasil yang di dapat bisa sangat berbeda. Ada yang tidak berhasil dan jauh dari harapan namun ada pula yang bahkan bisa lebih sukses dari pendahulunya. Muncul pertanyaan lagi “kok bisa ya, padahal cara kerjanya sudah saya ikuti, ilmu yang diajarkan sudah saya praktekkan, tapi kok tetap saja hasilnya tidak bisa seperti yang diharapkan?”
Baiklah mari kita kembali kepada logika, namun sebelum itu saya ada pertanyaan “Apakah anda percaya dengan Tuhan dan apakah anda percaya bahwa Tuhan itu maha segala – galanya?” Bisa dipastikan pasti menjawab YA. “Apa hubungannya percaya kepada Tuhan dengan logika?” Sangat sederhana dan tidak perlu lulusan S2, S3, Profesor untuk “melogika” hal ini. Begini, kita percaya bahwa Tuhan itu maha segalanya, Tuhan yang memberi rejeki, nah logikanya kalo kita ingin berhasil, ingin mendapat rejeki yang berkah, ingin dilancarkan segala urusan maka logikanya kita harus pedekate kepada Yang maha memberi rejeki, Yang maha kuasa atas segalanya betul tidak?
Mungkin banyak yang bekerja dengan cara yang sama, menggunakan ilmu yang sama namun kedekatan mereka dengan Tuhan lah yang berbeda maka hasilnya pun juga akan berbeda. Logikanya seperti ini, setiap usaha terdiri dari 2 faktor yaitu usaha dari kita sendiri dan campur tangan Tuhan. Nah mungkin porsi usaha yang kita lakukan sudah hampir sama dengan pendahulu kita namun porsi campur tangan Tuhan berbeda maka akan berbedalah hasil yang akan kita dapat.
Disamping kita mempelajari dan mempraktekkan ilmu yang saya akan menyebutnya “ilmu bumi” seperti misalnya ikut pelatihan bisnis, memakai tools yang menunjang bisnis kita, memperluas jaringan atau hubungan dengan orang lain kita juga sebaiknya perlu mempelajari dan mempraktekkan “ilmu langit” yaitu ilmu yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan yaitu ibadah dan harus lebih DIUTAMAKAN. Selama ini kita masih mengutamakan bisnis dan kerjaan kita, melakukan ibadah hanya dikala waktu senggang dari kerjaan, sedekah hanya ketika kita mendapat bonus atau hasil yang lebih besar dari biasanya maka mulai sekarang bagaimana kalo coba kita balik. Ketika tiba waktu shalat dan tidak ada keadaan yang darurat maka kita segera melaksanakan shalat dan tinggalkan semua kegiatan kita termasuk kegiatan bisnis kita, bersedekah ketika waktu sempit apalagi ketika lapang. Hal – hal seperti itu yang terkadang tidak terlalu masuk ke logika “terasa” benar kita. “Tanggung nih lagi sibuk, shalatnya nanti aja toh masih banyak waktu” Atau “saya kan masih hidup susah, buat kehidupan sehari – hari aja masih sulit boro – boro mikir sedekah, nanti saya sedekah kalo sudah kaya saja” Tuhan hanya mendapat porsi sisa dari kita. LOGIKANYA, kalo kita hanya memberikan sisa waktu kita, sisa perhatian kita untuk Yang maha memberi rejeki dan Maha kuasa atas segalanya bagaimana mungkin kita diberi keutamaan, dilimpahkan rejeki, dilancarkan segala urusan?
Contoh nyata sederhana adalah penjual ayam goreng tepung gerobagan di depan saya.Ada kejadian ketika seharian jualan dagangannya sepi pembeli dan masih sisa banyak hingga malam, ketika tiba waktu shalat Isya dia langsung berangkat ke masjid, kalau dipikir secara logika yang “terasa” benar itu maka waktu shalat akan mengganggu waktu jualannya, nanti kalo pas shalat ada yg beli bagaimana? Kehilangan rejeki donk, shalat Isya nya bisa dilakukan nanti saja setelah tutup toh waktunya masih lama. Namun dia tetap percaya rejeki itu datangnya dari Tuhan dan dia tidak ingin menunda – nunda shalat hanya demi takut kehilangan pembeli yang datang ketika dia sedang shalat. Kemudian apa yang terjadi? Setelah dia selesai shalat Isya dia kembali ke gerobagnya untuk lanjut jualan dan selang beberapa saat ada seorang bapak2 yang datang memborong semua dagangannya karena kebetulan ada saudara yang datang ke rumahnya, rjeki memang bisa datang dari arah yang tidak disangka - sangka. Selalu belajar untuk menambah ilmu dan wawasan kita mengenai bisnis dari berbagai sumber dan tetap selalu melibatkan Tuhan dalam setiap aktifitas kita.
MULAI SEKARANG MARILAH KITA MEMANTABKAN PEMIKIRAN BAHWA BISNIS HANYALAH SARANA UNTUK MENUNJANG IBADAH DAN TUJUAN KITA MENJALANKAN BISNIS ADALAH MENDAPAT KEBERKAHAN, JANGAN SAMPAI BISNIS MALAH MENJAUHKAN KITA DARI SANG PENCIPTA..
Home » Bisnis dan Inspirasi » BISNIS ITU IBADAH
Kamis, 13 April 2017
BISNIS ITU IBADAH
lainnya dari Bisnis dan Inspirasi
Ditulis Oleh : Unknown // 06.59
Kategori:
Bisnis dan Inspirasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Betul bgt gan! Sangat bermanfaat. Thanks udah mengingatkan, saya suka lupa bahwa bisnis hanya penunjang kita di dunia. Kehidupan yang sebenernya itu di akhirat :)
BalasHapusSama - sama gan, ini juga untuk selalu mengingatkan diri saya sendiri :)
BalasHapus